Friday, December 31, 2010

H.O.RE Dari Temen Ke Temen oleh Harlan Boer

DARI TEMEN KE TEMEN

Di tahun 2010, ada acara musik yang membuat saya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Itu perhelatan kecil-kecilan. Namanya: H.O.RE. Tapi, penggagas acara ini, jelas bukan "orang biasa", cewek ini mah memang sudah "bau sound". Eunice Nuh kembali lagi!

Kalau tidak salah, pertama kali saya mengenal Eunice di acara bertajuk "Six to Six" pada 2002. Saya ingat, selesai briefing untuk persiapan acara tersebut, saya diajak Eunice ke BB's, di kawasan Menteng (kalau tidak salah, Eunice mendapat referensi tempat itu dari Indra Ameng dan Jimi Multhazam). Dan pada 2003 hingga 2004, meletuslah sesuatu yang sangat berharga: band-band baru (beberapa berwajah "lama") bergantian bermain di BB's dengan musik-musik yang habat luar biasa! Tidak ada nama-nama "mapan' seperti Naif atau rumahsakit (mungkin band tertua yang pernah main di BB's adalah Fabel, Vessel, dan Bandempo), di sinilah pertunjukkan-pertunjukkan awal dari band-band baru di antaranya The Upstairs, The Brandals, Seringai, Teenage Death Star, White Shoes & The Couples Company, The Sastro, Sugarstar, dan banyak lagi. Juga aksi-aksi DJ kapiran yang memutar "lagu-lagu kebangsaan". Kadang ada pesta peluncuran album, sampai acara bertema pernikahan.

Apa yang terjadi di BB's, perhelatan rutin yang sungguh sederhana dan ala kadarnya, itu bukan main. Kanal gairah! Sulit dijelaskan, tapi terlalu mudah untuk dirasakan. Malam-malam di BB's adalah masa depan.

Setelah keriaan itu berakhir pada 2004, saya masih sesekali bertemu Eunice. Ngobrol-ngobrol. Kerja. Ngobrol-ngobrol lagi. Makan. Nonton acara musik. Makan lagi. Intinya, Eunice sesekali masih "berkeliaran" di sekitar teman-teman yang dahulu sering bertemu di BB's. Tapi, apa yang dibuatnya bersama kakak dan adiknya kali ini, sebuah serial acara musik yang sudah dilakukan 4 kali sepanjang 2010, acara yang bertajuk H.O.RE, adalah kehadiran Eunice dalam wujudnya yang paling khas: "bau sound".

H.O.RE sudah tentu adalah "sesuatu". Seperti juga era 2003-2004 di BB's, perhelatan di sini adalah hal- hal ini: perjumpaan dengan teman lama dan baru, perjumpaan dengan band-band keren, tempat peluncuran album rekaman, tempat perayaan apa saja, dan malam-malam yang enak.

Terimakasih untuk H.O.RE yang telah membuat "sesuatu" telah terjadi lagi. Saya tidak bisa terlalu memikirkan tulisan ini lagi, harus jemput istri dan anak di supermarket, barusan SMS. Kita bertemu lagi saja di H.O.RE berikutnya.

Thank you!

Salam,
Harlan Boer

Sunday, December 19, 2010

Liputan dari www.rollingstone.co.id Mini Konser 9th The Upstairs

The Upstairs (bintang empat loh!)
Oleh : Reno Nismara

Bagi kalian yang menganggap bahwa The Upstairs sedang diselimuti berbagai macam permasalahan yang tak kunjung usai, kalian salah besar. Bagi kalian yang meramalkan bahwa bubarnya The Upstairs hanya tinggal menunggu waktu, kalian salah besar. Bagi kalian yang tidak menyaksikan Mini Konser 9 Tahun The Upstairs persembahan House of Revelation (H.O.RE) dan Jangan Marah Records pada hari Minggu (12/12) lalu di Eastern Promise, Kemang, kalian rugi besar.

Dengan opening act dari Backalley dan Dikeroyok Wanita, yang malam itu mengenakan pakaian seragam baju hitam polos dan celana pendek berwarna merah, The Upstairs tampil memukau dengan menggeber 27 lagu yang semuanya tersebar di seluruh album yang pernah mereka rilis. Alhasil, para Modern Darlings, sebutan untuk para fans The Upstairs, yang datang pun bisa tersenyum puas setelah melihat aksi para idolanya di atas panggung selama 2 jam 15 menit non-stop tanpa istirahat.

Layaknya sebuah intro, sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Andre “Kubil” Idris, yang juga merupakan gitaris The Upstairs, mengenai metamorfosis The Upstairs dari masa ke masa sempat diputar sebelum pasukan inti band fenomenal ini menampakkan diri mereka di atas panggung. Penonton pun langsung menghadapkan tubuh mereka ke sebuah layar besar yang diletakkan di bagian kiri venue untuk menyaksikan dokumenter yang sederhana tersebut.

Tidak lama setelah film dokumenter tersebut selesai ditayangkan, Andre “Kubil” Idris (gitar) dan Beni Adhiantoro (drum) pun menaiki panggung. Dua wajah yang sedikit asing menyusul naik. Dua orang tersebut masing-masing bernama Pandu Fathoni (additional bass), juga gitaris The Porno dan Morfem, dan Krishna Visco (additional keyboardist). Para penonton pun bersorak-sorai seraya berjalan mendekati panggung agar mereka bisa menyaksikan idola mereka dari jarak dekat.

Tanpa basa basi, intro dari “Cosmic G Spot” pun menghentak dan secara instan menyihir Modern Darlings untuk sesegera mungkin melakukan dansa resah. Penonton semakin menggila ketika Jimi “Danger” Multhazam (vokal) turut naik ke atas panggung dan membakar semangat para penonton dengan liukan tubuhnya yang memiliki ciri khas tersendiri.

Jahit menjahit lagu terjadi pada bagian awal mini konser ini. Tidak tanggung-tanggung, “Cosmic G Spot”, “Hanya Aku, Musik, dan Lantai”, “Anarki”, “Gadis Gangster, “Apakah Aku Berada Di Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars” dimainkan secara medley dengan tingkat keatraktifan yang tinggi. Tidak heran jika banyak orang di antara kerumunan penonton menganga karena kekaguman mereka terhadap pembukaan yang spektakuler.

Sang frontman kharismatik ahli tata bahasa, Jimi Multhazam, pertama kali mengeluarkan celotehan khasnya seusai medley tersebut. Celotehan perdananya pada malam itu bercerita mengenai bagaimana situs social networking dapat membantu The Upstairs dalam mempromosikan mini konser tersebut. Sebelum akhirnya dia menambahkan, “Tidak akan ada situs social networking jika tidak ada Alexander Graham Bell.” Lagu “Alexander Graham Bell” yang terdapat pada album kompilasi berpengaruh, JKT:SKRG, pun dimainkan. Koor massal dari refrain yang repetitif dan anthemic “…Dan esok kita berdansa…” terdengar di seluruh penjuru ruangan.

The Upstairs juga sempat membawakan “Sing Thru Me”, sebuah lagu dari band punk asal Seattle, The Dehumanizers, yang adalah idola Jimi Multhazam pada masa Sekolah Menengah Atas mereka. Cover version ini dimasukkan pada album Magnet! Magnet! setelah pihak The Upstairs mendapatkan approval dari pihak The Dehumanizers. Sebuah kejadian yang diceritakan dengan penuh semangat oleh Jimi Multhazam tepat sebelum lagu tersebut dimainkan.

Selepas membawakan “Nilai Nilai Nilai”, mungkin lagu The Upstairs yang paling punk, Beni Adhiantoro meninggalkan drumset-nya untuk memainkan bass. Pandu Fathoni pun menukar bass-nya dengan sebuah gitar akustik. “Di Antara Haluan” versi akustik menjadi nomor berikutnya. Setelah itu, “Percakapan”, yang rencananya akan dijadikan single ke 3 untuk album Magnet! Magnet! sebelum backing vocal Dian Maryana menyatakan keluar dari The Upstairs, juga dibawakan secara akustik. Dian Maryana, yang hadir pada malam itu, terlihat turut menyanyikan setiap bait dari lagu tersebut di antara kerumunan penonton. Raut wajah terharu pun tidak dapat ia sembunyikan dari wajahnya.

“Mari kembali disko,” ucap Jimi Multhazam setelah dua nomor akustik yang menyentuh tersebut. Beni Adhiantoro pun kembali duduk di balik drumset-nya dan Pandu Fathoni kembali menggenggam bassnya. Alhasil, sebuah medley yang rapi kembali terjadi di mini konser ini. “Antah Berantah”, “Televisi”, “Modern Bob”, dan “Frustrasi” adalah nomor-nomor yang dibawakan pada medley kedua di malam itu. Penonton semakin menjadi-jadi. Tidak hanya dansa resah, crowdsurfing pun mulai timbul dari kumpulan penonton di bibir panggung. Menariknya lagi, Jimi Multhazam, seperti anak kecil yang tidak mau kalah, turut melakukan crowdsurfing setelah melakukan manuver stagedive di tengah lagu “Modern Bob”. Dia cukup lama melakukan crowdsurfing sebelum akhirnya kembali naik ke atas panggung tepat waktu untuk melantunkan verse terakhir dari “Modern Bob”.

“Digital Video Festival”, “Satelit”, dan “Ekspektasi Nol” sempat dibawakan sebelum The Upstairs kembali membawakan sebuah cover. Kali ini giliran “Rocket Ship Goes By” dari sesama band jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Goodnight Electric, yang The Upstairs reimajinasikan. The Upstairs seperti meminjam aura gelap yang dimiliki The Jesus and Mary Chain pada “Rocket Ship Goes By” versi mereka, terutama karena permainan drum Beni Adhiantoro dan efek gitar Kubil yang menghipnotis. Yang menarik adalah ketika pada akhir lagu, Jimi Multhazam secara gamblang berkata, “To Alfi…” Tentu saja Alfi yang dimaksud di sini adalah Alfi Chaniago, eks-bassist The Upstairs yang telah mengubah namanya menjadi Bani Muhammad Mustar dan lebih memilih untuk merendam dirinya pada kegiatan-kegiatan relijius daripada berhubungan dengan dunia musik.

Dua lagu yang semakin meroketkan nama The Upstairs, “Ku Nobatkan Jadi Fantasi” dan “Disko Darurat” menjadi santapan berikutnya. Namun, yang harus digarisbawahi adalah momen intim yang terjadi di sela dua lagu tersebut. Jimi Multhazam melakukan shout out kepada semua pihak yang pernah menjadi bagian dari The Upstairs. Satu per satu nama disebutkan oleh Jimi Multhazam, dibuka dengan nama-nama para backing vocal yang pernah mengiringi The Upstairs, mantan pemegang instrumen yang pernah singgah di The Upstairs, mantan manajer yang disebut sebagai personil ke 4, semua pihak yang suportif terhadap The Upstairs dari awal sampai sekarang, hingga ditutup dengan, “Petroff di surga…,” ucap Jimi Multhazam seraya mengarahkan telunjuknya ke arah langit. Hendra Petroff sendiri adalah eks-keyboardist The Upstairs yang meninggal pada tahun 2004 dikarenakan serangan jantung yang menimpanya.

“Dansa Akhir Pekan” juga turut dimainkan sebelum lagu yang menjadi pemicu The Upstairs dalam merasakan mainstream success, “Terekam (Tak Pernah Mati)”, berkumandang.

Lagu cinta yang sudah bisa dikatakan legendaris walau baru dirilis pada tahun 2004 dikarenakan liriknya yang unik dan eklektik, “Matraman”, menjadi nomor berikutnya. “Siapa bilang tempat romantis harus candle light dinner berduaan di restoran mahal? Tempat yang biasa dipakai buat tawuran anak SMA di siang hari juga bisa jadi romantis,” begitu kata Jimi Multhazam meringkas isi lirik dari “Matraman”. Koor massal pun kembali terjadi untuk yang kesekian kalinya, namun “Matraman” adalah lagu yang bertanggung jawab atas terjadinya koor massal yang paling masif pada malam itu. Jimi Multhazam pun terkagum-kagum dengan suara yang dihasilkan oleh para penonton setelah dia memberikan aba-aba kepada penonton untuk menyanyikan baris terakhir lagu itu secara serempak yang berbunyi, “…kau di Kota Kembang…” Raut wajahnya seakan tak percaya atas apa yang baru saja didengarnya. Dia langsung bertepuk tangan di atas panggung sebagai bentuk hormat yang diberikannya kepada para penonton.

Sebelum membawakan lagu terakhir, Jimi Multhazam mengumumkan alasan mengapa diadakan mini konser pada malam itu, tentu saja selain karena ulang tahun The Upstairs yang ke 9. “Kami ingin menunjukkan kepada kalian bahwa inilah formasi resmi The Upstairs yang baru,” jelas Jimi Multhazam. Dengan begitu, kata additional yang menempel pada diri Pandu Fathoni dan Krishna Visco, yang pada malam itu mengenakan kacamata dengan lampu berwarna hijau neon di dalam frame-nya, sudah bisa dibuang jauh-jauh.

Jimi Multhazam juga sempat menginformasikan bahwa The Upstairs akan menghajar 2011 dengan sebuah album baru yang akan mulai direkam pada Februari 2011 dengan sang drummer, Beni Adhiantoro, berlaku sebagai produser. Jimi Multhazam berjanji bahwa album tersebut akan menjadi album The Upstairs yang paling “jantan”.

Sebuah lagu baru yang menandakan kembalinya The Upstairs di kancah musik Indonesia dan bisa diunduh secara gratis di Tumblr resmi The Upstairs, “Menaralara”, menjadi lagu penutup Mini Konser 9 Tahun The Upstairs yang sangat intim ini. Kata “jantan” memang tepat untuk mendeskripsikan materi baru tersebut.

Salam perpisahan yang dilakukan secara serempak oleh seluruh personil menjadi tanda bahwa mini konser telah usai. Acara ini memang bertajuk Mini Konser 9 Tahun The Upstairs, namun dampak yang diberikan sangatlah maksimal. Telah disebutkan di atas bahwa raut wajah puas terpampang di wajah para penonton, namun raut wajah dari para personil The Upstairs sendirilah yang menjadi hal terpenting pada malam itu. Mereka terlihat sangat puas dengan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasa dari atas panggung. Mereka semakin siap untuk menghajar tahun 2011. The Upstairs masih hidup, dan sepertinya untuk waktu yang sangat lama.

Dan esok kita berdansa…

[Foto oleh Mahdesi Iskandar]

Monday, December 13, 2010

LIPUTAN PANDANGAN MATA HORE#4



H.O.RE#4 EVENT:
H.O.RE & JANGAN MARAH RECORDS mempersembahkan
MINI KONSER 9th THE UPSTAIRS
Band pembuka: Backalley, Dikeroyok Wanita
Pemutaran film dokumentasi The Upstairs selama 9th disutradarai oleh Kubil The Upstairs


Mari berdansa! Acara kali ini memang sangat berbeda. Komposisi 2 band pembuka dan Band Utama yang dirasakan pas. Pas kerennya, pas brengseknya, pas komposisinya. Tidak terlalu manis, tidak terlalu pahit, tidak terlalu berwarna ataupun terlalu hitam.
Kami melaunchingkan Album Matraman yang tidak terasa sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Kali ini kami kembali bekerjasama dengan Jangan Marah Records yang memang telah bersama The Upstairs merencakan acara ini. Akhirnya kami (The Upstairs – Jangan Marah Records – H.O.RE) sepakat untuk melangsungkan acara ini.

Backalley, sudah mendengar nama mereka sejak 2 tahun yang lalu, dan kami selalu mencari waktu yang tepat untuk menampilkan mereka. Materi segar, dan berpenamilan menarik, dan tampak sebagai urban alternative electronic rock. Gak usah terlalu serius atas sebutan ini, tapi kami menangkap esensi itu dari penampilan mereka. Penampilan mereka di urutan awal, banyak menggugah orang – orang untuk berapresiasi lebih sekedar menggoyangkan kepala atau tangan atau kaki. Mereka membawa sesuatu yang dewasa, bagian dari The Upstairs yang memang dewasa. Kita support banget band ini.

Dikeroyok Wanita
. Ya tuhan, mereka mengingatkan kami pada waktu kami SD. Cuma kali ini atasannya adalah hitam. Bercelana selutut merah itulah yang langsung menancap secara visual di otak kami. Menyenangkan, baik materi dan pembawaannya. Cukup tergolong sebagai fatalis. Terlihat para tamu asing bergoyang bahkan ada tamu asing wanita yang mendekat ke vokalis dan bergoyang. Hahaha, buat kami mereka mengingatkan The Upstairs pada saat mereka berwarna warni.

The Upstairs
. Tiba saat giliran mereka. Tidak dibuka oleh MC, melainkan film dokumentasi perjalanan mereka. Mengharukan sekaligus menyenangkan. Kami langsung mengingat beberapa personil seperti Petrof (almarhum), Alfi, Acid, Muthi, Rebeca, Hans, dan lainnya. Kerusuhan, ketotalan seluruh anggota, dan kesembarangannya sang vokalis dalam berorasi, semua serba apa adanya, sampai kepada pertumbuhan mereka hingga kini. Sontak satu ruangan dijejali oleh Modern Darlings. Semua maju seperti tentara, berebut menjadi pasukan garis depan. Siap mati bagi apa yang mereka bela selama ini.
Dua puluh tujuh lagu dibawakan dengan dua lagu versi akustik, dan sembilan lagu dimedley kan adalah sesuatu yang mengejutkan. Semua angkatan merasa mendapat bagian kenangannya dan semua merasa memiliki The Upstairs. Malam itu memang bukan pertunjukan band biasa, tapi malam dimana kita membela lantai dansa dan romansa bersama The Upstairs.


Signing off. Selamat Tahun Baru dan selamat menempuh hidup baru!!!

LIPUTAN PANDANGAN MATA HORE#3




H.O.RE#3 EVENT:
Beatnikk, Kebunku, That’s Rockefeller, Cangkang Serigala, Cemetary Dance Club, Kelelawar Malam

Malam ini beda. Entah kenapa, tapi kami semua merasa lelah sebelum acara ini berjalan. Tapi semangat tetap besar. Pastinya karena pekerjaan kami yang bertubi – tubi, tapi semangat bahwa band yang akan main adalah band yang kami sudah lama tidak kami lihat, ada band baru, dan ada band yang eksis di kalangannya yang kami sangat ingin lihat. Berikut laporan pandangan mata kami serta hasil obrolan kami dengan orang – orang yang datang.

Beatnikk, tampil sebagai band pertama. Dengan vokalis yaitu Mesa (Holly City Rollers), dengan gitar dan beat khas Mesa ketika kami bahas dengan seseorang, maka mampu membuat orang beranjak dari mejanya untuk berdiri, melihat pertunjukan band ini. Tergolong baru, namun ‘menghentak’ dan catchy. Ada pula yang berkomentar bahwa gaya - gaya seperti ‘Artic Monkey’. Tapi buat kami, kami senang melihat semangat, s.o.ul nya.

Kebunku. Salah satu band yang sempat lama vacum, dan telah berganti formasi, kini tampil dengan sedikit ‘kurang semangat’ yang tidak seperti biasanya. Entah apakah karena usia, kesibukan, atau lokasi yang salah (karena sepertinya massa mereka besar di wilayah Jakarta Timur, Utara, dan pusat), tapi tetap dapat membuat orang maju, berkumpul di depan hadapan mereka. Musti dengerin juga album ‘Ga’Brenti!’ mereka, karena mereka telah memberikan hati mereka kepada Marcella Zaliyanti dibandingkan Wulan Guritno kali ini.

That’s Rockefeller
. Termasuk salah satu band yang ditunggu, dan tidak diragukan, membuat sebagian besar orang maju, bergoyang, berdendang, dan dimanterai atas nama rock yang psychedelic, serta dengan substansi permabukan yang natural. Tapi ada sesuatu yang berbeda, beat perkusi dengan penempatan pas – tepat – semakin membuat orang kerajingan. Mereka bergoyang dan berdendang mewakili substansinya. Setelah mereka selesai, sudah sangat cepat kami ingin melihat mereka kembali beraksi lagi, semoga mereka tidak akan berhenti dan memberikan materi yang ajaib di album baru mereka nanti.

Cangkang Serigala. Buat kami mereka ajaib. Kami seperti mendapatkan pencerahan, dan buat kami pertunjukan mereka lebih kepada seni pertunjukan, bukan hanya sebuah tontonan showcase band biasa. Mereka lebih mengingatkan kami terhadap ’performance art’, dan terlintas ingatan kami tentang grup garden of blind. Purba dan mutakhir dapat ditemukan pada saat menonton mereka. Sederhana, menyenangkan, rendah hati, dan sedikit gila, serta mengingatkan saya para performer eksperimental belahan Eropa sana.Didatangkan dari Yogyakarta, dan mereka datang dari kalangan seni. Bagi kami mereka sebuah bentuk pertunjukan musik dengan semangat yang luar biasa. Empat jempol!


Cemetary Dance Club
. Band ini bukanlah band kemarin sore. Musik yang upbeat, darah segar, dan berpartner bersama MacBeth. Buat kami, mereka atraktif, stamina kuat, materi yang menyenangkan ala jaman sekarang, tapi rupanya panggung mereka kali ini jadi sedikit tes mental. Memberikan mereka tantangan untuk bisa membuat orang maju, mendekat dan liar bersama. Ya, para penonton malam ini memang sangat pasif.

Kelelawar Malam
. Young blood, Old soul. Kami sudah mendengar mereka direfrensikan oleh teman – teman kalangan band sejak lama. Hanya baru kali ini, kami baru berkesempatan melihatnya sendiri. Mengagumkan dan menyenangkan. Dan kami memilih lagu Malam Mencekam dari CD mereka yang bertajuk Kelelawar Malam. Hanya kenapa salah satu anggotanya harus memakai wig agar seragam gondrong di barisan depan, hahaha....gak papa lah, namanya juga untuk HORE.

Signing off.

Thursday, December 9, 2010

Sunday, November 14, 2010



Setelah beberapa tahun (sebentar, kira – kira 2004 sampai sekarang) walaupun kami tidak terlalu dekat, tapi orang ini adalah salah satu orang yang kami segani. Sudah malang melintang dari membentuk Vessel hingga Raksasa, terkenal sebagai pemain Bass yang bergaya khas, pas, jujur, nyaman, dan mantab. Kami sering bertemu kembali di era Bonny bermain di Raksasa pada saat band tersebut main di event H.O.RE yang perdana. Dikenal pendiam tapi bukan berarti tidak pendendam, dan kami percaya bahwa seseorang pada saat dewasa sangat erat dengan kehidupannya di masa kecil. Masa SMU yang dihabiskan di sekolah khusus pria Pangudi Luhur tentu saja juga memberikan sebuah pengaruh besar baginya, Dan pada suatu kesempatan ketika kami mebicarakan anjing, kami tidak menyangka kita bisa membahas masalah anjing setengah jam sendiri. Berikut adalah pembicaraan mengenai sebagian besar masa lalu, masa sekarang, dan sedikit mengenai masa depan dengan Bonny.


TeKe : Band pertama lo? Nama band, waktu itu lo umur berapa & bawain apa?
BS : Ngeband asal2an waktu itu,masih SMP,umur 13...masih maenin Twisted Sister,Sex pistols,Rat Cat...yg gampang2lah

TeKe : Lo anak ke berapa dari berapa bersaudara?
BS : Gw anak pertama dari 3 bersaudara


TeKe : Gw agak bingung sebenernya bisa ngebentuk Vessel, tp ya itu nunjukin dont judge the book by its cover n bahwa lo adalah org yg open mind, tp sebenernya kenapa lo ngebentuk Vessel?
BS : gw,Leonardo Ringo dan Danny membentuk band itu, karena dari dulu sampe sekarang gw selalu ingin bawain musik yg gw suka dan kebetulan musik yg gw dengarkan lumayan beragam,jadi ya akhirnya suka seenaknya bikin atau gabung di band dengan aliran yg beda - beda.

TeKe : Apa aja yg bisa membuat lo tenang?
BS : Ngeliatin muka anak gw pas dia lagi tidur

TeKe : Apa aja hobi lo?
BS :
- Main Game,kalo lagi libur bisa 5 - 10 jam sehari..hahahaha..
- Nonton DVD (standard kalo ini sih)
- Ngopi sambil baca buku & dengerin musik di IPOD (gw gak suka cerita
Fiksi,lebih suka baca buku tentang Biography seseorang,
Musisi,politikus,Tokoh Militer dll)
- Main sama 3 anjing2 gw...Bella,Alice & Merlin (Husky,Golden retriever
dan Labrador Retriever)
TeKe : Wah gw pengen liat nanti kalau Dogo Argentino mu kalau doi sudah sampai
ya!!


TeKe : Apa yg ngebuat lo seneng anjing & apa yg lo kagumin dari para anjing? Kata org Anjing itu disayangi karena kesetiaannya, ada beberapa temen gw yang mereka memutuskan untuk tidak menikah dan memelihara anjing sepenuh hati dan tanggapan mereka adalah: kalau nikah bisa sakit hati tapi kalo piara anjing gak bakal buat lo sakit hati. Apakah ada isu yang berkaitan dengan
kesetiaan?
BS : Anjing itu memang teman manusia yg paling setia,dan bisa jalin komunikasi 2 arah dengan kita,gak semua binatang peliharaan bisa seperti itu, kebetulan gw emang suka pelihara binatang gak cuma anjing,makanya gw bisa rasain bedanya,tapi kalau sampai memutuskan tidak menikah karena takut sakit hati...gaklah..gw gak sepengecut itu...Hahahahaha

TeKe : Apa motto hidup lo?
BS : Hmm....gapunya motto apa2....hahahaha
TeKe : Hehehe sama ya....

TeKe : Gw udh pernah melihat gaya bermain dan kontribusi lo di beberapa band.
Walaupun yg gw lihat dan masih inget adalah yg mayoritas di Raksasa, dan
terus terang aja gw baru dengerin lagu Deadsquad n liat band itu main
kemarin waktu lo undang liat latihan kalian. Sebenernya gw tdk terlalu
suka denger lagu band sekeras itu, dan kemarin waktu liat Deadsquad
latihan paling gw pikir gw hanya akan tahan 2 - 3 lagu, tapi ternyata
nggak....enak dan pas banget buat gw...apalagi Sermon.....
Pelajaran apa yg bisa lo petik dari masing - masing band yang pernah kau
masuki.
BS : Tengkyu,gw anggep itu pujian buat gw n DEADSQUAD.Kalo pelajaran yg bisa
diambil,banyak bangeetttttt...tiap band ngajarin banyak hal ke gw...karena
ngeband itu loe berinteraksi dengan orang banyak, at least dengan
anggota band loe sendiri,bener kata orang2...ngeband itu lebih susah
daripada pacaran...pacaran cuma nyatuin 2 kepala jadi satu (kadang2
badan..hahaha)sedangkan Band,rata - rata lebih dari 3 kepala.
Dari semua band yg pernah gw jalanin semua ada plus minusnya..tapi gw
ga mau ngambil dari sudut pandang di dalem bandnya..gw lebih mengambil
pelajaran dari bagaimana caranya menjalankan sebuah band,bagaimana proses
untuk bisa membuat sebuah band yg karya2nya bisa diapresiasi orang
banyak,bagaimana produksi sebuah band,baik dalam hal recording,produksi di
panggung, merchandise sampai ke managemen band,dan semua itu gw dapet dari
pengalaman di band2 terdahulu gw,dan pengalaman itu juga akhirnya yg
sedikit banyak udah membentuk gw yg sekarang.
Untuk masalah passion...2 band ini yang sekarang ini DEADSQUAD &
RAKSASA, gw punya pasion yg sama, kalau di DEADSQUAD terlihat lebih
ngotot, karena tuntutan lagu dan emang susaahhhh maeninnya...hahaha...dan
di RAKSASA gw terlihat lebih kalem,ya memang lagu2nya memang ga
menuntut gw buat untuk terlalu ngotot mainnya,tiap lagu atau jenis musik
kan nikmatinnya beda - beda, ga akan pernah bisa sama...loe maenin RnB kan
ga mungkin sambil Headbang juga kan? hehehehe. Yang jelas, dari dulu
sampai sekarang gw selalu komitmen dan total di setiap band yg pernah gw
jalanin.

TeKe : Apa yang menjadi ciri khas lo bermain bass baik dari pemilihan nada,sampai gaya main? Ya walaupun gw sudah ngeliat gaya mainmu, tp lebih baik gw denger dari lo langsung juga.
BS : Kalau dari gaya,standart lah,gw bukan tipikal player yg suka lari2an di atas panggung,yg hampir selalu ga pernah lepas: rokok....awalnya ga pernah mikir itu bakal jadi ciri..cuman buat ngilangin Nervous diatas panggung ajah...lama2 jadi aneh kalo main ga ada rokok di mulut gw.Yg beda
mungkin kalau di Raksasa gw lebih terlihat enjoy cenderung asik sendiri,
kalau di Deadsquad terlihat ngotot,full power dan full headbang. :)
Pemilihan nada? hmmmmm...ini dia neh..jujur gw maen asal2an, alias ga
ngerti segala macem skill atau yg berbau teknis..hahaha..semuanya ngalir
ajah,kaya udah ada yg jalanin tangan gw...apalagi di Raksasa,tiap kali
manggung atau latihan improve gw beda2, ga pernah sama...se ngalirnya
aja...yg penting nyambung sama lagu.Bahkan dulu waktu Vessel masih jadi
Cover Version Radiohead...gw ga pernah ngulik Bass nya sama persis,yg
penting tau perpindahan kord-nya ke mana aja...ya udah,gw maenin seenak gw
tanpa ngerubah mood dan nyawa lagunya.

TeKe : Apa yg paling takut kejadian atau pernah kejadian waktu lo mabuk?
BS : tergantung mabuk apaan..kalo alkohol biasanya sih ga ada takutnya...hahahahaha...kalo cims,pernah ditimpukin waktu maen dulu karna banyak skip dan ngaco maennya...itulah knapa dari mulai saat itu (tahun 98 kl ga salah bareng Vessel di PL Fair) sampe skarang,gw manggung selalu
sober,seandainya ada alkohol cm sebatas tipsy aja,buat naekin
adrenalin..heheheh

TeKe : Tentang anak. Apa yg lo harepin dan orang tua yang baik menurut lo adalah orang tua yang seperti apa? Apakah ada ketakutan tentang tidak bisa menjadi orang tua yang baik?
BS : Ketakutan ga bisa jadi orangtua yg baik,mungkin itu ketakutan yg umum buat semua orang yg udah punya anak.So far gw ga menuntut macem2 dari anak gw,cuman bisa memantau minat sama bakat dia apa,itu yg mungkin harus dikembangin,jadi gapernah memaksa untuk dia harus jadi apa atau siapa,
sebisa mungkin gw ga melarang minat dia selama itu positif.

TeKe : Ajaran apa yang masih lo ingat dari orang tua lo sedari lo kecil, dan perlakuan mereka yang lo inget banget sampe sekarang, dan juga perbuatan lo yang masih lo inget?
Kaya gw inget banget kalo gw berantem sama kakak atau adik gw, gw akan
dimasukin ke dalam lemari baju nyokap yg gede n dikunciin di situ. Kalo
nyokap gw sudah mulai brteriak marah2, gw akan kabur ke kamar kakek gw n
nyumpet di bawah ranjangnya habis itu gw nyolong permen, kertas n spidolnya buat gambar2....
BS : hmmmm..apa yah...mungkin,gw dari kecil udah biasa dididik untuk mengerjakan apapun sendiri,contohnya...gw SD kelas 2 udah harus bisa sekolah PP Mayestik - Lbk Bulus naek Metromini,klas 4 SD udah dikasih uang bulanan alesannya biar bisa atur duit sendiri,dan kalo sampai habis blom
waktunya ortu gw ga pernah kasih lebih,ya mau gamau ga jajan sampe bulan
berikutnya. Dan dari uang bulanan yg gw sisihin itulah tiap bulan gw bisa
beli kaset dari band2 yg gw suka tanpa harus minta ke orangtua.
Kejadian yang gw inget ,gw slalu disabet pake sapu lidi sama bokap sampe
merah – merah kalo ketauan berantem waktu SD, kalau lagi ujian,sore cuman
dikasih jatah main 1 jam n waktu itu masih era Video Betamax, bela – belain bangun jam setengah 5 pagi cuman biar bisa nonton Video Walt Disney sebelum berangkat Sekolah,karna jam2 itu yg dibolehin di rumah gw untuk nonton video,malem waktunya belajar...hahahaha
TeKe : Ya iyalah, lagian SD udah berantem. Eh tapi gw juga deng, kelas 4.

TeKe : Gw ngeliat lo sebagai player yang gak manja, apa adanya, ya jaga image juga,tapi apa yang harus ada setiap lo mau manggung?
BS : Yg harus ada...Aer Putih!!! dan rokok gw tentunya...hehehehe

TeKe : 5 hal yg org gak tau n harus hati – hati tentang lo?
BS :
- Sensitif
- Pendendam abadi
- Jadwal boker gw berantakan (hehehe)
- Bisa jadi org paling tempramen,dan bisa jadi org yg paling sabar
- Senang menyendiri


TeKe : Band pop apa yang lo suka, luar negeri n dalam negeri?
BS : Luar negeri : Hellsongs , Cranberries, The Police,Debbie gibson album Electric Youth sampe skrg jg masih suka,Madonna dari awal sampe Like A Prayer ..etc, nah kalo dalem negeri gatau deh... kalo Pop terbatas
pengetahuan gw..hehehehe

TeKe : Tentang regenerasi di scene mu? Bagaimana tentang skill, attitude,aransemen?
Beberapa band baru yang patut ditonton yang berasal di Jkt, Bdg, Ygy,Sby?
Siapa yang bakalan jadi the Rising Star dari scene lo?
BS : Regenerasi di Scene metal dalam 3 taun terakhir ini buat gw luar biasa, banyak band2 Death Metal yg berisi anak2 umur 16 - 23 taun yg punya kualitas dan skill yg edan.Kalau dari Jakarta ada
Revenge, Carnivored, Deadcarnation dll,dari daerah lain gw kurang
ngikutin...tapi ada 1 band Kediri yg gw suka banget, Demented Heart...
Kalau Rising Star,dilihat dari produksi Album dan di panggung,gw masih
pegang Revenge..kalau mereka konsisten 4-5 taun ke depan,bakal jadi
Monster yg mengerikan dari Scene Metal Indonesia.


TeKe : Merk Bass kesukaan lo? Lo ada berapa bass? Amply nya apa? Ada kaitannya sama pertunjukan lo, atau gak ada pengaruhnya?
BS : Kalo merk yg paling gw suka sih Rickenbacker,tpi blom kebeli..hehe...tapi Bass yg gw pake sekarang juga ga kalah asik,gw make Bass Hamer USA, satu2nya Bass yg gw punya,Amply blom ada,karena harga amply yg gw pengen banget, Headnya aja masih belasan juta harganya...masih menabung
pelan2lah,tapi gw selalu make pre-amp, Tech 21 Sansamp Bass Driver,jimat
yg gw pake dari taun 98...hahahaha...Pengaruhnya pasti ada,tapi tetep yg
nomer satu ya Playernya itu sendiri.

TeKe : Musisi yang nyebelin adalah musisi yang......
BS : Sok sangar padahal maenin lagu ga ada keras – kerasnya

TeKe : Pelawak kesukaan lo?
BS : Warkop di era kaset

TeKe : Bassist player yg meng-inspired lo banget?
BS : 2 orang utama yg ngeracunin kepala gw,Cliff Burton dan Steve Haris,mereka berdua adalah guru virtual gw,2 orang itu yg bikin gw jatuh cinta sama Bass dan bikin gw bermimpi kalo someday gw harus jadi pemain Bass.

TeKe : Kejadian yg pernah lo lakukan dan menurut lo itu adalah tindakan yg 'Out of Control' ?
BS : Menghajar orang sampai koma dan akhirnya bermalam di sel

TeKe : Menurut lo tentang jualan lagu online? Kalo org beli album fisik, menurut lo kenapa?
BS : Jualan lagu online menurut gw lebih ke tuntutan jaman yg segalanya menuntut utk serba praktis,apalagi jangkauan internet gak hanya ada di kota2 besar,sudah lebih merakyat,kita ga perlu pusing pikirin
duplicating cd,cetak cover dan bla bla..dan buat gw itu gak salah,tiap
band atau musisi punya hak untuk menjuallagu2nya dalam bentuk apapun,dan
album dalam bentuk fisik,gw masih yakin inipun ga akan pernah mati,karena
gak sedikit juga orang yg lebih menghargai nilai sebuah album gak hanya
dari lagunya tapi satu paket antara lagu,artwork sampai packaging albumnya.


TeKe :
Pertanyaan pilihan: Harus diisi & dipilih salah satu
TeKe: Main golf atau main tennis?
BS : Tennis,apalagi kalo lawan cewe...roknya bisa ngangkat2..hahahaha

TeKe: The Carpenters atau Simon & Garfunkel ?
BS : Simon & Garfunkel

TeKe: Motley Crue atau Alice Cooper?
BS : M.O.T.L.E.Y C.R.U.E !!!!!

TeKe: Jepang atau bule?
BS : Jepang, jeritannya manteb
TeKe: hahaha lo ngerti banget nih pertanyaan gw, gak usah gw jelasin lagi apanya yang Jepang atau Bule

TeKe: Stone Roses atau Oasis?
BS : Oasis

Kayanya segini dulu interview dengan Bonny, walaupun kita dari H.O.RE masih banyak banget yang ingin ditanyakan, dan sebenarnya lebih ke hal – hal yang gak penting dan pribadi sebenarnya dibandingkan ’permusikannya’.

Saturday, November 13, 2010

HORE#3


H.O.RE#3
FREE ENTRY
Thursday 25th November, 7PM - done
Backyard of Eastern Promise (Jl. Kemang Raya No.5)
We're going to rock you with :
Beatnik, Kebunku, That's Rockefeller,
Kelelawar malam &
Special performance of: Cangkang Serigala (Ygy)